Yayasan TLM-GMIT Bergandengan Tangan Dengan Gereja Kristen Oikumene Indonesia Menghadirkan Air Bersih di Netutnana
Netutnana, salah satu desa di Kecamatan Amanatun Selatan, Kabupaten TTS boleh bersuka cita karena air bersih yang selama ini menjadi hal langka bagi warga karena hanya bisa didapat setelah melewati jalan curam dan menyebrangi sungai kering untuk mencapai mata air yang letaknya 800 meter lebih rendah dari pemukiman warga atau membeli dengan harga yang sangat mahal yaitu Rp. 600.000 /5000 liter, akhirnya hadir di tengah-tengah desa tersebut.
Ungkapan syukur atas rasa sukacita tersebut ditandai dengan acara peresmian proyek air bersih yang berlangsung pada tanggal 14 November 2018 di Desa Netutnana, tepatnya di Gedung kebaktian GMIT Eklesia Neunuabai.
Acara peresmian ini dihadiri oleh Ketua Klasis Amanatun selatan, ketua majelis GMIT Eklesia Neunuabai, para pendeta dari berbagai dedominasi gereja yang berada di Netutnana, kepala desa Netutnana dan jajaran staf, beberapa tokoh masyarakat, Bapak Pendeta Anton Angkouw, Mantan Ketua Sinode Gereja Kristen Oikumene Indonesia dan Bapak Rozali Husein selaku Direktur Eksekutif Yayasan Tanaoba Lais Manekat- GMIT serta warga desa Netutnana.
Proyek air bersih di Netutnana ini merupakan suatu proyek kolaborasi antara Gereja Kristen Oikumene Indonesia dan Yayasan TLM-GMIT yang dimulai sejak awal bulan Juli tahun 2018. Yayasan TLM GMIT bersama Gereja Kristen Oikumene Indonesia memutuskan untuk membantu warga Netutnana setelah melihat keadaan warga yang sulit mengakses air bersih karena letak sumber air yang begitu jauh tanpa adanya fasilitas pembantu.
Proyek ini meliputi instalasi pompa hydram di mata air Onamben, pembuatan jembatan pipa menyeberangi sungai, pengadaan 2 bak penampungan, pembangunan 1 toilet umum serta perpipaan yang menghubungkan mata air dan bak-bak penampungan tersebut. Proyek ini juga melibatkan seluruh warga Netutnana yang berasal dari berbagai denominasi gereja. Mereka dengan senang hati terlibat membantu pengerjaan proyek demi kepentingan bersama. Dengan suksesnya proyek ini, air bersih tidak lagi menjadi barang langka di desa Netutnana.
Saat ini warga Desa Netutnana dapat mengakses air bersih dengan mudah untuk kebutuhan minum, mandi, cuci serta kebutuhan rumah tangga lainnya tanpa harus berjalan jauh melewati jalan curam karena air bersih telah tersedia di tengah-tengah mereka . Sebanyak kurang lebih 200 kepala keluarga dan desa-desa tetangga menjadi penerima manfaat dari proyek tersebut. Netutnana juga menjadi satu-satunya desa dengan mata air yang tetap menghasilkan air bersih saat sumber air di desa -desa lainnya kering di musim kemarau.
Dalam sambutannya saat acara peresmian, Bapak Rozali Husein menegaskan bahwa fasilitas yang telah dibangun ini dapat dimanfaatkan oleh seluruh warga Netutnana, tanpa memandang agama dan denominasi, suku dan ras. Ia juga mengingatkan warga untuk menggunakan air secara bijak serta merawat fasilitas yang sudah ada secara bersama-sama.
Air bersih di Netutnana ke depannya akan dikelola oleh BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) sehingga dapat menjamin keberlanjutan pemeliharaan dan pemanfaatannya.
Salah satu warga, Yunus Mantolas, mengungkapkan rasa syukurnya, “banyak proposal yang telah kami buat dan ajukan ke beberapa intansi terkait untuk pengadaan air bersih di desa kami, namun tidak satu pun yang memberikan tanggapan. Kami tidak menyangka bahwa Gereja Kristen Oikumene Indonesia dan Yayasan TLM-GMIT mempunyai hati untuk membantu kami tanpa kami harus meminta sehingga sekarang kami tidak perlu lagi berjalan jauh hanya untuk mendapatkan air. Kami sudah berusaha dari dulu untuk mengalirkan air ke tengah-tengah pemukiman tapi tidak berhasil. Kami berterima kasih pada Gereja Kristen Oikumene Indonesia dan Yayasan TLM-GMIT yang membantu kami dengan teknologi hydram serta menyediakan kami teknisi air dalam hal ini staf Yayasan TLM yang membantu kami dari awal proses pengerjaan hingga selesai sehingga kami bisa menikmati air bersih dan tidak lagi khawatir mengenai ketersediaan air.”