30 Orang Anggota Kelompok Modopedak-Kolobolon Belajar Beternak Ayam Broiler

By jerrybrand,

Sebanyak 30 orang anggota kelompok Modopedak Desa Kolobolon, Kecamatan Lobalain, Kabupaten Rote Ndao, binaan Yayasan Tanaoba Lais Manekat (YTLM), mendapatkan pembelajaran tentang cara beternak ayam broiler yang baik dan benar pada awal bulan Februari hingga akhir Maret 2019.

Kegiatan diawali dengan mendapatkan pelatihan dari Fasilitator Yayasan TLM secara teori tentang cara beternak ayam dimulai dari tahapan pembuatan kandang, persiapan fasilitas kandang seperti tempat makan, tempat minum, instalasi listrik hingga persiapan indukan menjelang DOC (Day Old Chick) didatangkan.

Dilanjutkan dengan belajar cara penanganan DOC hingga ayam berumur siap panen yaitu pada usia 3-4 minggu.
Selain cara beternak, anggota kelompok juga diajarkan strategi pemasaran dan cara menghitung analisis keuntungan dalam kegiatan pemeliharaan ayam broiler.

Usai pemaparan materi oleh fasilitator, dilakukan diskusi bersama anggota kelompok dengan tujuan untuk memastikan sejauh mana anggota kelompok sudah memahami materi yang telah disampaikan.

Anggota kelompok sangat antusias dalam menanggapi materi karena selama ini hampir semua anggota kelompok belum pernah melakukan kegiatan budidaya ayam broiler.

Sebagai implementasi dari materi yang telah didapat, maka 30 anggota kelompok dibagi dalam 7 kelompok kecil yang setiap hari satu kelompok didampingi fasilitator bertugas melakukan secara langsung pemberian pakan, air minum pada pagi dan sore hari serta penanganan lain bila diperlukan saat kelompok bertugas seperti vaksinasi, perluasan kandang, penambahan sekam padi pada alas kandang maupun kegiatan lain yang berhubungan dengan penanganan ternak ayam broiler.

Anggota kelompok selalu bertanya kepada fasilitator jika ada hal-hal yang belum dimengerti dalam melakukan kegiatan pemeliharaan. Menjelang minggu ketiga semua anggota kelompok sudah paham tentang cara pemeliharaan sehingga anggota tetap melakukan penanganan apabila fasilitator tidak berada di lokasi.

Ayam dipanen pada minggu keempat dengan berat rata-rata 1 kilo gram dan harga jual Rp. 50.000/ekor. Ayam habis terjual pada waktu yang singkat karena menjelang panen, fasilitator dan anggota kelompok melakukan penawaran kepada beberapa warung makan dan penjual ayam bersih di sekitaran Ba’a dan mendapatkan pesanan dalam jumlah yang cukup banyak.

Hanna Mbuik salah satu anggota kelompok mengaku merasa bersyukur mendapat pembelajaran tentang cara beternak ayam broiler dan akan membuka usaha sendiri apabila permintaan tinggi.

“Beta senang karena sudah belajar dan tau cara pelihara ayam potong jadi beta pasti usaha sendiri kalau banyak yang beli” kata Te’o Hanna setelah 1 bulan melaksanakan 1 periode kegiatan pemeliharaan ayam broiler pada Maret 2019.

Terpisah dari itu, mama Silva (26) istri dari bapak Roni Mbuik mengatakan tidak mengharapkan keuntungan dari satu periode ini, yang penting bisa mendapatkan pengalaman sebagai bekal yang tidak akan pernah habis sepanjang hidupnya. (Defrid Banu)

  Tags:
  Comments: None

Infirmus Abi, Pahlawan Lingkungan Dari Desa Benlutu TTS

By jerrybrand,

Infirmus Abi atau yang sering di sapa Firmus adalah salah satu warga desa Benlutu kecamatan Batu Putih kabupaten Timor Tengah Selatan.

Pekerjaan sehari-hari selain sebagai seorang petani iya juga adalah seorang aparat pemerintah yakni sebagai Kepala Dusun di desa Benlutu.

Lelaki kelahiran Benlutu 31 Desember 1974 ini selain menggeluti pekerjaanya sebagai petani lahan kering, juga memiliki hobi dan ketrampilan lain yang cukup unik dan tidak dimiliki oleh orang-orang di desanya, yakni bisa merakit mesin pengupas kacang.

Suami dari ibu Yashinta L Klau ini sangat peduli dengan lingkungan yang mana sejak kecil beliau selalu di ajarkan oleh ayahnya untuk peduli dan selalu melestarikan alam di sekitar desa tempat tinggalnya.
Seperti yang pernah dikisahkan oleh Om Firmus begitu sapaan akrabnya sehari-hari pada beberapa waktu lalu ketika berbincang-bincang dengan fasilitator desa Yayasan TLM.

Pada tahun 1982 lokasi di sekitar sumber mata air ini cukup gersang dan tandus sehingga digunakan oleh keluarga Abi untuk berkebun karena lokasinya yang cukup dekat dengan sumber air.

Setelah berkebun kurang lebih 3 tahun Firmus Abi mengabil keputusan untuk tidak boleh berkebun lagi dilokasi dekat sumber mata air dan lokasi kebun dipindahkan ke lokasi yang lain.

Dengan demikian lokasi kebun mulai dilakukan penghijauan dengan menanam banyak pohon untuk bisa menjaga sumber air yang telah ada sejak nenek moyang mereka.

Salah satu tradisi yang di lakukan selama ini untuk mempertahankan kelestarian dan kondisi sumber air sampai sekarang ini adalah di larang menebang pohon atau mengambil kayu bakar diarea yang di hijaukan, juga melakukan ritual dengan menyembelih seekor kambing setiap tahunnya sebagai rasa sukur karena alam memberikan sumber mata air yang melimpah.

Selain sumber air yang melimpah dikatakan ayah dari 4 orang anak ini, sekarang ini juga mereka mendapatkan tambahan penghasilan dari tanaman sirih buah yang ditanam di lokasi tersebut dan di panen setiap saat, bahkan sekarang dari sumber air itu sebagian di alirkan untuk air bersih di dusun lain yang kekurangan air bersih bahkan telah di rencanakan untuk dialirkan untuk kebun produktif yang akan di damping Yayasan TLM-GMIT Kupang.

Kerja keras dan kepedulian untuk selalu peduli dan melestarikan lingkungan akhirnya membuahkan hasil. Pada tahun 2018 yang lalu Infirmus berhasil meraih juara 1 KALPATARU tingkat Kabupaten TTS dari Dinas Kehutanan Lingkungan Hidup Kabupaten TTS. (Kalpataru adalah salah satu Penghargaan yang di berikan kepada perorangan atau kelompok atas jasanya dalam melestarikan lingkungan di Indonesia).

Tidak berhenti sampai disini bahkan menurut Firmus, tahun ini sudah mendapat rekomendasi lagi dari Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Kab. TTS, untuk mengikuti lomba di tingkat Provinsi NTT dan apabila berhasil akan dilanjutkan hingga tingkat nasional juga. (Adiyanto Baitanu)

  Tags:
  Comments: 2

Gelar RAT ke-VIII, KSP TLM Berhasil Menaikan Aset Jadi Rp. 134,1 Milliar

By jerrybrand,

KSP Tanaoba Lais Manekat (TLM) Gereja Masehi Injil Timor (GMIT) menyelenggakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) ke 8 tahun buku 2018, dengan kinerja yang sangat baik sehingga ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi NTT.

Koperasi Simpan Pinjam KSP-TLM, yang berdiri 15 Februari 2010 dengan BH nomor 04/BH/XXIX/III/2010 dan menjadi koperasi primer nasional Pengesahan dari Kemenkop dan UKM Nomor 176/PAD/M.KUKM.2/XI/2013, pada tahun buku 2018 berhasil menaikan asetnya menjadi Rp. 134,1 milliar sedangkan omzet pinjaman menjadi Rp 218,8 miliar dengan SHU sebesar Rp 9,6 miliar.

Jumlah anggota KSP TLM GMIT pun bertambah sehingga mencapai 140.544 anggota yang tersebar di 38 kantor cabang yang ada di 4 propinsi yakni NTT, Bali, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat yang dilayani oleh 472 karyawan.
Hal ini diungkapkan oleh ketua pengurus KSP TLM, Pdt. Samuel Nitty, S.Th saat rapat anggota tahunan (RAT) ke-VIII di hotel Aston Kupang, Sabtu (4/5/2019).

“Kami bersyukur kepada Tuhan, oleh karena penyertaan-Nya kami mampu mencatat kinerja positif pada Tahun 2018, karen jika dibandingkan dengan Tahun Buku 2017, jumlah anggota kita masih di angka 96.289, Aset kita Rp 94,3 miliar, omsetpun masih di angka Rp 131 miliar, sehingga ada kenaikan signifikan,” ungkapnya.
Samuel pun lebih lanjut menyebutkan, KSP TLM setiap tahun diaudit oleh akuntan public dan tahun 2018 ini mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

“Selain itu KSP TLM juga mendapatkan kredit sehat dengan nilai atau skor 83,55 persen. Sementara itu , SHU naik 40 persen dari Rp 6 miliar menjadi Rp 9,6 miliar”, lanjut Samuel.

Ia mengatakan, sasaran utama KSP TLM ialah kaum perempuan yang merupakan pelaku usaha mikro di desa-desa yang dihimpun dalam kelompok usaha yang disebut perSEkutuan uSAha bersaMA (Kelompok SESAMA).

“KSP TLM ini merupakan perpanjangan tangan dari gereja untuk melayani masyarakat tanpa maksud menkristenisasi para anggota tetapi semata-mata untuk memberdayakan masyarakat kecil dan tertinggal” tegasnya.

Terkait dengan pelaksanaan RAT tahun buku 2018 ini, menurut Samuel, diselenggarakan sesuai dengan Permen Koperasi usaha kecil dan menengah No. 19 tahun 2015 tentang Rapat Anggota.

“Permen ini sangat menolong kami untuk mengkombinasikan dua metode RAT yaitu secara tertulis dan elektronik (melalui media telekonfrensi) sebab keberadaan dan penyebaran anggota saat ini sangat tinggi”, tukasnya.
Di akhir sambutannya, Samuel pun berharap, ada masukan dan saran anggota KSP TLM dalam kegiatan RAT tersebut demi peningkatan kualitas dan mutu pelayanan KSP TLM ke depan.

Dalam kesempatan RAT KSP TLM kali ini, berkenan hadir Deputi kelembagaan Kementrian Koperasi dan UKM RI, Luhur Pradjarto.

Ketika memberikan sambutan untuk membuka kegiatan RAT KSP TLM tersebut, Luhur mengapresiasi KSP TLM yang melibatkan 13 kantor cabang lainnya yang tersebar di beberapa kabupaten di NTT dalam kegiatan RAT melalui teleconference.

Iapun mengingatkan agar koperasi menjaga jati dirinya. Dengan menggunakan media teleconference, kata Luhur, merupakan sesuatu yang baru, namun jangan terbawa arus teknologi.

“Sikap gotong royong, kerjasama dan persaudaraan harus terus dijaga. Paradigmanya ialah kuatitas menuju kualitas. Anggota harus berpartisipasi aktif supaya Pendidikan koperasipun bisa berjalan baik”, ungkapnya.
Menutup sambutannya, Luhur membunyikan gong sebagai tanda RAT ke-VIII KSP TLM GMIT tahun 2018 dibuka dengan resmi disambut tepuk tangan oleh seluruh peserta.

RAT ke-VIII KSP TLM tersebutpun dihadiri oleh Asisten II bidang perekonomian dan pembangunan Setda Provinsi NTT, Samuel Rebo, Asisten II Setda Kota Kupang, Elly Wairata, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi NTT, Sesilia Sona, Dewan Koperasi, Agung Sujadmoko.

Selain itu juga hadir pula tokoh agama, Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang dan Sinode GMIT diwakili oleh Sekretaris III Sinode GMIT, Pdt. Ince Ay Touselak.

Sumber: Pos Kupang, Senin 6/5/2019, Hal.3.

  Tags:
  Comments: None

Yayasan TLM Berdayakan Penyandang Tuna Netra

By jerrybrand,

Belasan penyandang disabilitas ini diberikan pelatihan teknik massage dan Shi-Atsu dalam kegiatan Pelatihan Pijat Program ‘Rumah Sehat’ Yayasan TLM-GMIT Kupang sejak 2-8 Mei 2019 di aula Yayasan TLM GMIT Kupang, Kota Kupang.

Kegiatan ini terselenggara berkat kerja sama Yayasan TLM GMIT Kupang dengan pihak Dinas Sosial Provinsi NTT.

Terdapat empat instruktur yang akan melatih para penyandang disabilitas dari Dinas Sosial Provinsi NTT dalam hal ini, UPT Kesejahteraan Sosial Tuna Netra dan Karya Wanita.

CEO Yayasan TLM-GMIT Kupang, Rozali Hussein, SE mengatakan, pihaknya selama kurun waktu 4 tahun ini konsisten memberikan bantuan kepada kaum difabel. Program ‘Rumah Sehat’ yang akan dilakukan merupakan satu langkah untuk membantu para penyandang tunanetra yang juga berprofesi sebagai tukang pijat. Menurutnya, para penyandang tunanetra di Kota Kupang selama ini cenderung masih mendapatkan diskriminasi di tengah masyarakat dan kurang mendapatkan penghasilan yang layak dari profesi yang digelutinya.

Sehingga, lanjut Rozali, Yayasan TLM-GMIT ingin meningkatkan kemampuan dan penghasilan mereka dengan cara kami membangun tempat atau sentra untuk kaum difabel.

Rumah Sehat ini dibangun di dalam kawasan yayasan TLM GMIT Kupang.

“Di lokasi itu kami namakan Rumah sehat TLM dimana di situ para tunanetra akan membuka praktek massage, pijit refleksi dan Shiatsu yang profesional yang pakai sistem jam, pakai seragam, terus itu minyak urutnya juga yang baik supaya stigma yang rendah itu akan mulai meningkat dan pendapatan mereka juga lebih lebih baik,” katanya.

Rozali juga menjelaskan, tempat tersebut juga diberikan fasilitas pendukung berupa AC, tempat memijat dan sarana pendukung lainnya sehingga para tamu dapat lebih nyaman mendapatkan pelayanan.

“Kami juga berikan latihan untuk meningkatkan keterampilan mereka karena sekarang kan pijat itu sudah gaya hidup. Kalau dulu yang terjadi itu kalau keseleo sekarang gaya hidup untuk refleksi dan lain-lain,” ujarnya.

Selain itu, dalam Rumah Sehat ini juga akan dijadikan sebagai tempat untuk mempromosikan sekaligus menjual produk dan karya dari para penyandang tunanetra.

Sebelumnya, pihak yayasan juga telah memberikan pelatihan sehingga dalam pelatihan ini kemampuan mereka diperbaharui kembali untuk lebih profesional.

“Rencananya dibuka (Rumah Sehat) setelah pelatihan ini. Minggu ketiga bulan Mei Sudah ready (siap) semuanya baik sarana dan prasarana,” katanya.

Dirinya berharap, dari program yang dilakukan ini, para penyandang disabilitas dapat meningkatkan pendapatannya dan memiliki brand sendiri dalam usaha sektor jasa ini.

“Ya, kalau tunanetra itu pijatnya profesional sehingga, mereka juga mungkin bisa membuat panti pijat-panti pijat yang lain,” katanya.

Dijelaskan Rozali, pihaknya juga sering memberikan bantuan lainnya kepada para penyandang disabilitas lainnya seperti pelatihan salon, tukang jahit dan lainnya.

“Setiap tahun kita latih mereka dan itu pure (murni) kita tidak minta bayaran atau apapun dari mereka,” katanya.

Pihaknya juga berharap, Pemerintah Kota Kupang untuk membantu dalam hal pemasaran dan promosi program ini.

“Kalau bisa pemerintah kota supaya nanti mereka membantu pemasaran promosi dan sebagai contoh di area TLM Group ini 100 lebih pegawai yang bekerja setiap hari dan di sekitar sini kan banyak perkantoran diharapkan dari segi market nya mereka bisa lebih mendorong,” katanya.

Sementara itu, Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial Tuna Netra Hit Bia Kupang Dinas Sosial Provinsi NTT, Aspenas Tomasui, S.Sos memberikan apresiasi kepada Yayasan TLM GMIT Kupang.

Menurutnya, sesuai amanat Undang-Undang No 8 2016 tentang Disabilitas, membuka kesempatan setiap elemen baik pemerintah, swasta dan masyarakat untuk mendatangkan serta memfasilitasi para penyandang disabilitas

“Kami melihat TLM punya kepedulian yang sangat bagus dimana menyiapkan tempat sarana prasarana dan anak-anak kita untuk dilatih demi meningkatkan kapasitas internal dari mereka supaya siap terjun di masyarakat,” ungkapnya.

Aspenas menjelaskan, pihaknya sangat menyambut baik kerja sama yang telah terjalin dengan baik ini.

“Kami merasa sangat bagus kerja sama ini. Kami menyadari berbagai kegiatan ini perlu disiapkan dengan baik sehingga masyarakat tidak bisa melihat mereka sebagai kelompok yang termarjinalkan dan didiskriminasi serta mereka dapat diterima menjadi seperti masyarakat biasa lainnya,” katanya.

Dirinya juga berpesan kepada para peserta untuk mengikuti kegiatan dengan sungguh-sungguh.

Sehingga, lanjut Aspenas, saat bekerja nantinya dapat memberikan pelayanan yang terbaik dan memuaskan para pelanggan.

“Jangan sampai orang datang hanya sekali saja. Jadi ilmu pengetahuan yang didapatkan dapat diterapkan dengan baik,” paparnya.

Dikatakannya, program ‘Rumah Sehat’ ini dapat menjadi model kerja sama untuk membangunkan masyarakat yang lebih sejahtera.

(Sumber: Pos Kupang 3 Mei 2019, Hal. 12).

  Tags:
  Comments: None

Mantan TKW yang sudah menemukan pekerjaan Tetap di Desa dengan Berkebun

By jerrybrand,

Heny Yulia Anabokay(42 Tahun) adalah seorang ibu rumah tangga mantan TKW yang pernah bekerja di Malaysia lebih dari 5 tahun. Heny berangkat ke Malaysia sejak masih seusia remaja. Setelah kembali, ia kemudian menikah dengan Nikolas Nguru sekitar 5 tahun lalu dan dikaruniai seorang anak. Namanya Yardy (4 tahun).

Bersama keluarga, ia memutuskan untuk tinggal menetap di Desa Kolobolon, kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Sebelum tergabung dalam program kelompok kebun produktif Yayasan TLM, Heny biasanya membantu suaminya menggarap sawah mereka dan dari hasil panen setiap tahunnya, mereka menjual padi dan atau beras untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.

Tetapi selain panennya hanya sekali setahun, terkadang sawah merekapun mengalami gagal panen. Heny akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan kelompok kebun produktif binaan Yayasan TLM di desanya.

Heny sangat bersyukur karena sejak lebih dari setahun ia bergabung dengan kelompok kebun produktif binaan Yayasan TLM, ia mendapatkan banyak sekali pelajaran melalui pendampingan staf Yayasan TLM tentang bagaimana bercocok tanam berbagai tanaman hortikultura, kacang-kacangan, bawang merah, ketimun dan lebih khusus tanaman buah naga.

Dari berkebun, Heny sekarang bisa menghasilkan Rp. 1.500.000,- dari hasil menjual buah naga. Henypun dapat membantu suaminya Nikolas untuk memasang listrik di rumahnya dimana sebelumnya mereka tidak ada listrik.

Bahkan, sejak Heny menanam sayur sendiri, ia dapat menabung karena dia tidak perlu lagi membeli sayur di pasar seperti dulu. Heny juga tak perlu pergi TKW ke luar negeri karena sudah memiki sumber pendapatan tetap di desanya.

Heny sangat berterimakasih kepada Yayasan TLM karena sudah memberikan kesempatan ini bagi masyarakat kecil seperti dirinya untuk dapat hidup mandiri di desa.

  Tags:
  Comments: None