Mengubah Kiubaat yang Gersang Menjadi ‘Firdaus’

By jerrybrand,

SUASANA di SD GMIT Oeupun, Kiubaat, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Kamis (16/11/2017) siang, lain dari biasanya. Sekolah itu ‘berdandan’ rapi. Bersih.  Pukul 11.00 wita, pekikan natoni mengudara. Tokoh-tokoh adat bersuara lantang. Bersahut sahutan. Para siswasiswi tak ketinggalan. Berlenggaklenggok menari. Tak peduli terik menyengat. Sekitar 200-an siswa/ siswi dan orangtua, para guru, berbaur mengekspresikan kegembiraan. Mereka menyambut Direktur Eksekutif Yayasan Tanaoba Lais Maneka (TLM) GMIT Kupang, Rozali Husein, Ketua Pengurus Yayasan TLM GMIT, Drs. Julius Riwu Kaho, dan beberapa staf yayasan.

Saat ini, wilayah pelayanan berada di Kota Kupang, Kabupaten Kupang, TTS, Rote Ndao, Sumba Timur dan Sabu Raijua, melalui desa binaan.  Seusai seremoni penyambutan dan pengalungan selendang, dilanjutkan dengan ibadah syukur dipimpin Ibu Pdt. Johana Ndun Zakaria, ST.h, yang juga Ketua Majelis Jemaat Rehobot Kiubaat. Selepas ibadah syukur, dilanjutkan dengan seremoni penyampaian sambutansambutan. Pada kesempatan itu, Kepala SMP Negeri Kiubaat, Gustaf Sikki dan Kepala Dusun 1, Desa Kiubaat, Laazar Tefu, senada menyampaikan ucapan terima kasih kepada Yayasan TLM atas kepeduliannya terhadap dua lembaga di daerah itu karena telah menghadirkan air yang telah lama dirindukan. Suatu hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Dan, pada akhirnya sudah ada di depan mata, hanya tinggal dijaga dan dinikmati. Sementara Ketua Pengurus Yayasan  TLM GMIT, Drs. Julius Riwu Kaho mengingatkan pihak sekolah, gereja, pemerintah dan masyarakat agar tidak melihat program WASH ini sebagai milik YTLM semata.

Jika terjadi kerusakan, pihak sekolah dan masyarakat harus bertanggungjawab untuk berswadaya memperbaikinya . Julius meminta agar teknologi yang ada harus dirawat dan dipelihara dengan sebaik mungkin. Air yang dialirkan tidak boleh langsung diminum oleh anak anak karena mengandung kadar e coli yang cukup tinggi, kecuali dimasak terlebih dahulu, disaring, kemudian baru dapat diminum. “Pemanfaatan air ini hanya untuk kebutuhan MCK, dan kebun sekolah. Khusus untuk pihak pemerintah agar dapat memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar tidak buang air besar (BAB) sembarangan, apalagi dekat lokasi sungai sehingga dapat mengurangi pencemaran air,” pesan Julius.

Julius meminta agar ketersediaan air hendaklah dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk kebaikan bersama, misalnya  menanam pohon, sayur sayuran dan tanamah herbal.

Pamungkas acara adalah peresmian air dengan mencuci tangan langsung pada kran air yang bersumber dari tandon, diikuti dengan penanaman lima anakan mahoni oleh Ketua Yayasan TLM, Direktur Eksekutif TLM, Kepala SD GMIT Oeupun, Ketua Komite SMP dan salah satu siswi SD GMIT Oeupun. Kegiatan diakhiri dengan penyambutan air oleh anak anak SD SD GMIT Oeupun, ditutup dengan makan siang bersama.

Terisolasi

Sebelumnya, Rabu (15/11/2017), Direktur Eksekutif Yayasan TLM GMIT, Rozali Husein, menyebut salah satu desa binaan Yayasan TLM adalah Desa Kiubaat, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten TTS. Yayasan TLM telah melaksanakan program kebun produktif di desa ini sejak tahun 2015. Kondisi Desa Kiubaat terisolasi. Wilayahnya berbukit-bukit. Tanahnya kering, cenderung berkapur. Gersang. Curah hujan sangat rendah. “Masyarakat selama ini hanya mengandalkan aliran sungai kecil sebagai sumber kebutuhan air, termasuk untuk pertanian secara terbatas.

Kondisi ini mendorong Yayasan TLM untuk memikirkan strategi pemanfaatan sungai itu agar dapat secara maksimal menyediakan air dalam jumlah yang lebih banyak dan masyarakat memanfaatkannya,” cerita Rozali Husein Tak membiarkan kondisi ini berlarut, lanjut Rozali, mulai tahun 2016, YTLM membangun sarana bendungan pada aliran air sungai untuk dapat menampung air dan digunakan untuk kebun produktif. Karena lokasi kebun produktif berada di lokasi yang lebih tinggi, YTLM mempergunakan teknologi hidram untuk  memompa air tanpa listrik. Keberhasilan penggunaan hidram pada kebun produktif, diakui Rozali, menjadi indikator bagi YTLM membawa air dari sumber yang sama menuju ke lokasi SD GMIT Oeupun. Rozali menyebut tantangan yang dihadapi YTLM saat itu adalah lokasi sekolah lebih tinggi dari lokasi kebun.

Namun dengan kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki, pembaruan terhadap teknologi hidram dan dukungan dari pihak sekolah dan masyarakat, YTLM memulai program WASH. Rozali mengakui, pengerjaan instalasi dan penyediaan sarana dikerjakan dalam waktu kurang lebih dua bulan. Dan, pada tanggal 16 November 2017 pekerjaan tersebut terselesaikan dan dilakukan peresmian, serah terima penggunaan sarana air dari Yayasan TLM kepihak SD GMIT Oeupun dan SMP Negeri Kiubaat (jumlah guru 14 orang dan 202 siswa). Kiubaat, dulu gersang kini menjadi ‘Firdaus.’

Apa Kata Mereka…

 

Welem F. Nenobais

(Kepala SD GMIT Oeupun)

Kami Senang, Air Didepan Kelas

Ini adalah suatu berkat luar biasa dari tangan Allah sendiri melalui Yayasan TLM yang telah berjerih lelah memasang semua instalasi proyek air ini dari, Bendungan, perpipaan, pe

masangan pompa Hydram, bak-bak penampung baik yang ada di halaman SD maupun SMP dan lebih daripada itu memberikan bantuan fasilitas sanitasi berupa perlatan cuci tangan; keran di depan kelas beserta wadah cuci tangannya untuk anak-anak maupun untuk kami sebagai guru.

Sebelum air ini ada, jangankan untuk menyiram tanaman. Untuk cuci tangan saja sangat sulit, untuk WC apa lagi. Anak-anak harus membawa air dengan jerigen 5 liter dari rumah setiap hari sedangkan jarak rumah mereka ada yang mencapai 3km. jika tidak maka mereka terpaksa harus mengambil di sungai setiap hari. Akibatnya mereka akan kelelahan saat belajar. Kami berterimakasih bahwa ketika ada air yang sudah tersedia disekolah sekarang maka anak-anak kami sudah bisa masuk sekolah tepat waktu, belajar secara efektif jadi mungkin kedepan mereka sudah bisa punya prestasi yang baik.

 

Laasar Tefu

(Kepala Dusun 1 Uptuka Kiubaat)

 Yayasan TLM Dekatkan Air di Sekolah

Kami sangat bersyukur atas bantuan dari Yayasan TLM, yang mana lebih memperdekatkan sarana air bersih di kedua sekolah di wilayah kami yaitu SD GMIT Oeupun dan SMP Negeri Kiubaat. Sebab sudah puluhan Tahun anak-anak kami harus membawa air dari rumah setiap pagi dengan jarak rumah mencapai lebih dari 3km. Dengan adanya proyek air ini maka anak-anak kami sekarang sudah bisa memanfaatkan untuk cuci tangan, siram tanaman bahkan untuk kebutuhan di kamar mandi.

 

 

Maria Talan

(Siswi Kelas 6 SD GMIT Oeupun)

Terimakasih Yayasan TLM

Saya bersyukur dengan hadirnya air disekolah kami, maka saya dan teman-teman semua langsung bisa mengambil disekolah untuk menyiram halaman, menyiram tanaman dan membersihkan kelas kami dengan baik.

Jika dibandingkan dengan kondisi sebelumnya, kami harus membawa air dari rumah setiap hari. Terimakasih TLM, sekarang air sudah dekat di sekolah kami.

 

 

Maria Mauboi

(Siswi Kelas VIIb SMP Negeri Kiubaat)

 

Kami Tidak Bawa Air Dari Rumah Lagi

Tentunya kami sangat senang sekali dengan proyek pengadaan air ini, sekarang kami tidak susah memperoleh air bersih. Dulu kami harus bawa jerigen setiap hari dengan air dari rumah atau tidak kami harus pergi mengambil air dari kali. Terimakasih Yayasan TLM Tuhan memberkati pelayanannya.